Minggu, 02 Oktober 2011

Tidak akan ada cerita cinta

Tulisan ini sebenarnya saya buat untuk merespon pertanyaan dari beberapa sahabat tentang mengapa saya tidak menuliskan kisah kasih saya dengan pria-pria diluar sana yang pernah mengisi hati saya, entah mengisi dengan cinta, sakit hati, kebanggaan, kekecewaan, kebahagiaan, kesedihan, tertawa ataupun air mata yang menurut mereka akan banyak sekali pelajaran yang bisa diambil dari lika-liku percintaan saya.

Ada beberapa alasan kuat mengapa saya tidak pernah dan tidak akan mau membuka hal tersebut disini, pertama, cinta menjadi ranah pribadi saya yang amat sangat privat, saya tidak mau pria terbaik saya (suami saya kelak-red) entah membandingkan dirinya dengan pria-pria itu dan timbul rasa cemburu karena beberapa pria dengan hebat menggombali istrinya, atau Ia merasa sakit luar biasa karena mengetahui istrinya pernah diperlakukan buruk, jauh lebih buruk dari yang pernah seorang pria bayangkan.

Kedua, cinta tentu tidak jauh dari suka hati dan sakit hati, selalu berhimpitan seperti mata uang, terkadang membumbung diri hingga ke langit tapi tidak lama dapat menjatuhkan ke dasar tanah dan terkadang harus berkubang di got yang kotor. Suka hati akan membawa tulisan indah, baik, berirama cantik dan mempesona. Sebaliknya sakit hati akan mendatangkan sumpah serapah, caci maki, irama yang lirih dan terkadang sumbang. Menceritakan cinta dengan para pria yang sudah lewat dan bukan pilihan Allah hanya akan memberi kenangan tidak berarti bagi saya.

Ketiga, saya tidak ingin membuat pria-pria itu menjadi popular di blog saya, entah mereka popular karena kebaikannya atau bahkan menlist sebagai pria opportunist sejati dan yang lebih buruk sebagai pria brengsek. Karena hanya akan ada setidaknya 2 pria yang dapat lulus uji masuk ke blog saya, Bapak, karena memang beliaulah yang menjadi alasan utama saya membuat blog ini, dan kedua adalah suami saya kelak.

Keempat, dengan tidak menuliskan mereka, membantu saya untuk terus mengobati luka atas perlakuan-perlakuan buruk dari pria tersebut, mulai dari diduakan, bertemu dengan para pria banci yang sangat takut untuk berkomitmen dengan alasan apapun, pria yang ternyata seorang opportunis sejati yang selalu menjadikan saya keset, pria yang yang menggunakan segala kelebihan saya hanya untuk mengangkat karier dan kesuksesan, dan selebihnya dia akan amnesia. Walaupun juga ada kisah kasih yang membahagiakan, tetapi semu.

To be treated badly is always bad. But the worse part is loosing the time and energy to learn. Jadi ya sudah lupakan, tidak perlu diekspose, karena justru tidak akan menyembuhkan. Ya setidaknya itulah keputusan saya, tidak akan ada cerita cinta disini, setidaknya sampai dengan saat ini. Hingga kelak, Allah sang Maha Cinta mengirimkan pria terbaik yang dapat menjadi imam, menuntun keluarga kami menuju SurgaNya, yang memuliakan saya dan keluarga, yang berbahagia karena dapat membahagiakan saya dan keluarga, yang menyiapkan diri menerima segala kekurangan saya, yang mencintai saya ketika saya masih muda dan sehat, berlari riang bertualang bersama tetapi juga dengan sedia selalu mengenggam sayang tangan saya ketika saya mulai renta dan sakit, yang siap mengucapkan asma Allah untuk diperdengarkan diketurunan kami kelak, dan menghias rumah dengan lantunan ayat-ayatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar