Nama : Harni Wijayanti
NPM : 0903060182
Masa kanak-kanak merupakan salah satu tahapan dalam periode perkembangan dan pertumbuhan manusia. Banyak hal yang mempengaruhi tumbuh kembang dalam periode yang sebagian besar orang berpendapat merupakan suatu periode yang penting bagi kehidupan manusia. Karena dalam periode anak inilah segala sesuatunya dimulai dan berawal. Orang sering menyebutnya dengan “Golden Age”. Banyak hal yang mempengaruhi perkembangan pada periode ini. Hal tersebut meliputi aspek biologis, aspek psikologis dan aspek social. Pada kesempatan kali ini akan lebih menjelaskan tentang aspek social yang mempengaruhi perkembangan anak.
Pada aspek social ini, sebenarnya keluarga bukanlah hal satu-satunya yang mempengaruhi dan menjadi alat sosialisasi bagi anak. Ada factor lain yang mempengaruhi aspek social si anak, yaitu Kelompok bermain, Televisi dan Sekolah. Berikut penjelasan dari ketiga aspek tersebut.
1. Pengaruh Kelompok Bermain
Anak-anak bermain mempunyai beberapa manfaat dan tujuan. Dengan bermain, dapat memaksa anak untuk menggunakan tulangnya dan mengembangkan fisiknya. Bermain juga dapat merangsang anak untuk berfantasi dan berpikir kreatif. Dan terakhir, bermain sebagai tempat anak untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan teman-temannya. Bermain dapat dilihat sebagai arena sosialisasi. Bermain menyediakan format belajar bagaimana untuk berkomunikasi, bersaing dan berbagi.
Garvey mendefinisikan bermain sebagai suatu aktivitas yang memiliki lima criteria. Pertama, bermain merupakan sesuatu yang yang dilakukan untuk kesenangan bukan untuk mengharapkan reward. Kedua, bermain tidak mempunyai tujuan lain, selain berakhirnya permainan itu sendiri. Ketiga, atas dasar keinginan sendiri, tidak ada paksaan dari seseorang untuk bermain. Keempat, bermain meliputi partisipasi yang aktif baik mental maupun individual. Kelima, bermain dapat menumbuhkan sosialisasi dan kreatifitas. bermain dapat menyediakan suatu konteks untuk belajar berinteraksi, keahlian fisik maupun mental. Pada dasarnya terdapat 2 jenis cara bagaimana anak bermain yaitu:
Ø Social play
Parten mengenalkan suatu proses yang terdiri dari enam tahapan anak dalam bemain dalam social play. Tahapan tersebut yaitu:
a. Unoccupied behavior: Merupakan tahapan, dimana si anak hanya menggunakan sedikit ataupun tidak ada aktivitas. Si anak mungkin hanya duduk atau berdiri dan perhatiannya focus pada benda disekelilingnya.
b. Onlooker play: Anak melakukan observasi ke tingkah laku temannya yang sedang bermain. Si anak hanya memperhatikan tingkah laku temannya yang sedang bermain tetapi tidak ikut bermain.
c. Solitary play: Si anak bermain sendirian. Tidak ada perhatian pada temannya, dia hanya asik dengan mainannya sendiri.
d. Parallel play: Si anak tetap bermain sendiri , tetapi ada anak-anak lain yang juga bermain dengan permainan yang sama dan tetap belum ada interaksi antara mereka.
e. Assosiative play: Pada tahap ini, si anak bermain bersama dengan teman lainnya, tetapi interaksinya masih belum teratur.
f. Cooperative play: Si anak bermain bersama, interaksinya sudah teratur. Anak-anak bermain mempunyai suatu tujuan tertentu, membuat bersama-sama. Si anak merupakan bagian dari kelompoknya.
Ø Fantasy play
Fantasi merupakan ekspresi diri yang penting bagi anak kecil. Hal ini memungkinkan anak untuk menjadi kreatif, berempati terhadap perasaan dan perspektif orang lain serta mengembangkan keahlian untuk memecahkan masalah. Seltz dkk, melakukan penelitian menarik pada hubungan antara fantasi dan perkembangan intelegensia. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan fantasi dapat membantu anak untuk mengembangkan kemampuan berpikir mereka. Sehingga fantasi harus ditumbuhkan dalam diri anak untuk mengembangkan intelektual mereka. Sehubungan dengan hal tersebut ada hal yang menarik untuk dicatat bahwa, anak yang memiliki keaktifan, permainan kreatif fantasinya hidup, memiliki orang tua yang umumnya banyak berbincang dengan ankanya, mengajarkan anak mereka banyak pengalaman baru, dan memiliki hubungan perkawinan yang harmonis.
Selain hal diatas, pengaruh teman bermain juga berimplikasi pada adanya perbedaan gender. Anak laki-laki cenderung untuk bebas melakukan segala permainan, mereka cenderung lebih agresif. Sedangkan anak perempuan lebih dibatasi pada permainan yang feminim dan cenderung kurang agresif. Selain itu, factor kepopuleran anak dalam kelompok bermainnya juga berpengaruh. Anak yang populer cenderung untuk lebih aktif. Tetapi hal ini dapat dilatih dengan menggunakan metode Social Skill Training, yang menjadi suatu cara yang baik yang dapat Pekerja Sosial lakukan.
2. Pengaruh Televisi
Akhir-akhir ini televisi merupakan sautu benda yang dekat dengan kehidupan anak-anak. Dari hal tersebut banyak studi yang mengatakan bahwa ada hubungan sebab-akibat, bahwa televisi sering berpengaruh terhadap tingkah laku anak. Tayangan kekerasan dalam televisi mengakibatkan meningkatnya tingkah laku agresif pada anak. Tayangan kartun yang sering memperlihatkan kekerasan berakibat pada kecenderungan si anak untuk bersikap lebih agresif, sedangkan tayangan mendidik seperti sesame street mempengaruhi anak dalam perkembangan intelegensianya. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa tayangan televisi baik buruk maupun baik akan mempengaruhi sikap anak. Sehingga dibutuhkan perhatian yang besar kepada orang tua untuk dapat memilih tontonan untuk anaknya yang mendidik dan membmbingnya dalam menonton televisi.
3. Pengaruh Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan sarana utama sosialisasi bagi anak. Anak-anak diberi informasi, mereka diajarkan kebiasaan social, peraturan dan keahlian komunikasi. Keluarga dan teman bermain juga membantu untuk membentuk kepribadian anak. Sekolah juga mempengaruhi perkembangan anak. Sekolah memberi pengaruh pada cita-cita dan aspirasi anak tentang masa depan. Sekolah membantu membentuk cara anak berpikir. Ada beberapa factor yang ada disekolah mempengaruhi perkembangan anak. Factor tersebut yaitu:
Ø Pengaruh Guru
Murid sering kali tampil pada level dari harapan gurunya. Harapan guru kepada anak yang tinggi dapat menghasilkan prestasi yang tinggi pula. Sebaliknya, harapan yang rendah tentunya tidak memancing murid untuk berusaha lebih baik.
Ø Kebebasan didalam kelas
Kelas menyediakan unit struktur uama dalam lingkunga sekolah. Isu dasar mengenai kelas adalah atmosfernya. Atmosfer yang terbuka akan lebih produktif dan menguntungkan untuk belajar dari pada yang tertutup.
Ø Dampak dari kelas social dan ras
Anak-anak dari keluarga yang tingkat social ekonominya lebih rendah, umumnya tidak dapat berperilaku sebaik anak-anak kelas menengah di sekolahnya. Berbagai alasan dapat diberikan terhadap ketidaksesuaian tersebut. Pertama, sekolah menaruh nilai-nilai kelas menengah dalam berbagai teks. Kedua, bahasa yang digunakan adalah bahasa kelas menengah. Alasan ketiga, lingkungan sekolah dan tingkat pengajaran guru lebih buruk pada murid yang social rendah. Kelima, terkadang harapan yang diberikan guru sangat rendah (guru berkulit hitam)
Demikianlah penjelasan tentang hal-hal yang mempengaruhi perkembangan anak pada aspek social. Untuk itu, perlu adanya perhatian khusus sebagai orang tua maupun pihak lain untuk memperhatikan, bahwa ada banyak hal seperti factor biologis, psikologis maupun social yang mempengaruhi perkembangan anak. Sehingga, dengan memperhatikan ketiga aspek tersebut perkembangan anak dapat diupayakan dengan maksimal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar