Minggu, 24 Juli 2011

Rumah atau Posko Golkar?

Saat itu, Agustus 2005, musim kampanye. Ya para politisi sedang sibuk-sibuknya menjual diri, membual seribu janji, dan mendadak menjadi sangat memikirkan rakyat, menyuguhi beraneka ragam program social mulai dari pengobatan gratis, pemberian sembako murah hingga membagi-bagikan kaos. Baik sekali ya mereka. 

Bapak, juga repot. Selain menjadi pengurus TPS, saya juga menjadi saksi dari salah satu partai yang bertugas berkeliling dari satu TPS ke TPS lainnya. Hari ke hari kami juga sering membicarakan partai-partai unggulan kami.

Dibalik itu semua, sebenarnya yang saya mau ceritakan adalah Bapak ikut memarakkan kampanye dengan mengecat rumah kami dengan cat kuning. Ya kuning. Semuanya. Mulai dari teras, ruang tamu yang juga bergabung dengan ruang TV dan keluarga serta ruang makan (ya luas yang terbatas membuat kami memang harus menyimpelkan rumah sehingga satu ruangan bisa memiliki 3-4 fungsi sekaligus). Hanya kamar tidur dan kamar mandi yang selamat dari cat berwarna kuning.

Cat kuning, menyala, silau, persis sama warnanya dengan atribut partai golkar, salah satu partai besar. Sempat kesal. Kenapa bukan putih atau biru? Rumah kami semakin berkobar semangat patriotic ketika bapak memasang bendera merah putih didepan rumah dan bendera-bendera plastic kecil menghias plafon teras rumah kami. Ya memang setiap bulan Agustus, Bapak lah yang selalu semangat, semangat menghias teras dengan atribut merah putih. Nasionalis sekali.

Dan, lengkaplah sudah rumah kami seperti posko. Tetapi kita beliau selesai mengecat dan menghias merah putih. Beliau berkata “Nih, biar tau, kalau anaknya Pak Ari, dua-duanya kuliah di UI, nanti kalau udah lulus, bisa bangun bangsanya”

Ya, ternyata bapak mengecat warna kuning di ruang-ruang yang sering terlihat orang, bukan karena ikut merayakan kampanye, tapi karena beliau bangga, kedua putrinya kuliah di UI. Universitas bergengsi yang mungkin sebelumnya beliau hanya bisa bermimpi dan mengucap lewat doa saja. Dan kelak berharap bisa berbuat banyak untuk bangsanya.

Agustus 2005

Tidak ada komentar:

Posting Komentar