Mmmm, jangan pernah anda membayangkan saya berpakaian minim, berwarna mencolok dengan polesan make up tebal, sepatu bertumit tinggi, berdiri di depan stand, menjual senyum dan menawarkan produk. Badan saya yang tidak proporsional dengan tampang rata-rata (menurut saya) tentunya akan membawa bencana kepada produk yang akan dijual. Atas dasar sadar diri inilah saya hanya menjadi SPG untuk produk buku pelajaran sekolah, pupuk organik dan program kurban untuk nusantara.
SPG buku pelajaran
Dimulai dari adanya tawaran menarik dari salah satu dosen di kampus, ia menawarkan kepada mahasiswa yang ingin menambah uang saku dengan menjual buku-buku pelajaran hasil tulisannya. Cukup menggiurkan, karena 30% keuntungan dari setiap buku yang dijual akan masuk kantong secara otomatis. Kalkulasi matematika pun jalan, kalau 1 buku saja saya bisa dapat Rp.3.000-Rp.6.000. Maka kalau 50 buku akan dapat Rp. 150.000-Rp. 300.000, kalau yang dijual 200 buku?, 500 buku?. Ya, tanpa berfikir panjang, saya pun mendaftarkan diri kepada beliau untuk menjadi salah satu distributornya. Selanjutnya, perjalanan dari satu sekolah ke sekolah pun saya lakukan. Hasilnya? Sukses tidak menjual satu buku pun. Mungkin karena memang bukunya yang kurang bagus dan aplikatif, pikir saya, sekaligus sebagai bentuk pembenaran diri. Dan, kontan, secara bertanggungjawab saya resmi mengundurkan diri dari bisnis penjualan buku. Yup, saya tidak berbakat menjadi SPG penjual buku.
SPG pupuk organic
Jualan pupuk, memikirkan cara menjualnya saja, sepertinya butuh imaginasi tingkat tinggi atau bahkan terlalu tinggi. Apakah saya harus berkostum bunga, tumbuh-tumbuhan, membuat drama queen mengenai buruknya pestisida atau membuat rujak dan gado-gado dari buah dan sayuran organic. Tetapi, yang hanya saya bisa lakukan adalah menawarkan produk dengan modal berbicara persuasive dan menghafal semua kandungan kimia yang berbahaya dari pupuk kimiawi. Hasilnya? Ya lumayan, setidaknya ada beberapa produk yang terjual. Entah karena memang mereka ingin membeli karena memang perlu dan tertarik dari narasi yang saya ceritakan atau hanya tertarik dengan senyuman saya atau hanya karena kesihan kesihan kesihan. Apapun itu, saya berhasil menjual. Yeaaaayyyy!
SPG program kurban
Yang ini lebih sedikit elit, karena bukan hanya saya tidak menjual produk, tapi saya menjadi SPG di gedung-gedung perkantoran, tinggi, berAC, berpakaian rapi, ketemu dengan mas-mas dan mba’-mba’ yang ganteng, cantik dan terlihat pintar serta berkelas sekali. Sempat terbesit, one day saya pasti bisa seperti mereka, satu yang harus dikerjakan adalah, ayo segera lulus.
Di meja yang saya set sendiri, saya mulai menawarkan program kurban dengan paket-paket pilihan kurban serta daerah-daerah tujuan kurban. Lebih sedikit nyaman, karena tidak sebatas menjual produk tetapi juga mengajak untuk berbuat baik. Tetapi yang menjadi titik berat pikiran saya saat itu, setelah berpindah-pindah dari satu gedung ke gedung lain. Saya bertekad untuk datang lagi ke gedung-gedung itu tidak sebagai SPG, sebagai tamu atau memang ya di gedung itulah saya bekerja.
Desember 2006
Tidak ada komentar:
Posting Komentar