Bulan Agustus 2011, sepertinya menjadi salah satu bulan yang membahagiakan untuk Bapak. Saya, putri pertamanya, berhasil lulus Sarjana dengan predikat cumlaude, IPK tertinggi sefakultas. Hadiah kecil dari anaknya yang tidak pernah bisa membalas jasanya yang tiada akhir. Ya, hanya sedikit menyeka keringatnya saja, sedikit. Selebihnya? Biarkan Allah yang mencatatnya sebagai amalan seorang pria hebat yang mengabdikan dirinya untuk anak dan keluarga hingga akhir hayatnya.
“Bapak, Alhamdulillah, impian dan doa-doa bapak terkabul, keturunan bapak ada yang jadi sarjana, lulusan terbaik, terima kasih banyak untuk lirih doa di setiap malam dan disetiap sujud panjangnya”.
Mungkin bagi kamu atau kebanyakan orang diluar sana, kuliah atau gelar sarjana merupakan suatu perkara yang mudah. Tapi sangat tidak untuk kami. Maka bulan Agustus ini akan menjadi sedikit perayaan untuk keluarga kami.
Undangan wisuda sudah ditangan. Amplopnya berwarna kuning gading, di pojok kiri atas ada logo makara UI dengan tinta emas. Didalamnya ada dua undangan, satu untuk wisudawan, dan satu lagi untuk bapak, orang tua wisudawan. Bapak tidak pernah berhenti melihat, membaca, melihat dan membaca lagi undangan wisuda itu. Sambil sesekali tersungging senyuman tipis dibibirnya.
“Mba’, nanti bapak pake batik aja ya?” celetuknya. Saat itu kita sedang membicarakan tentang pakaian yang akan kami kenakan ketika wisuda. Saya sejak awal selalu bilang ke Bapak, nanti, ketika saya diwisuda, saya ingin melihat orang paling berjasa bagi saya memakai jas. Karena saya belum pernah sekalipun melihat beliau memakai jas. Hanya sekali sebenarnya, itupun di foto, ketika Bapak mengucapkan akad nikah bersama Ibu.
Ya, saya pun bertekad menyisihkan sebagian uang tabungannya untuk membelikan bapak jas, lengkap dengan dasi, kemeja beserta celananya. Saktilah, adik saya yang paling cantik yang memilihkan modelnya. Sakti memang memiliki mode fashion lebih baik dari pada saya. Mereka pergi berdua ke salah satu department store dekat rumah kami.
Hari yang kami nantikan pun tiba. Bapak terlihat sangat gagah sekali, badannya yang tinggi dan besar membuat Bapak terlihat tidak kalah ganteng dengan Pak SBY. Ganteng sekali. Kalian bisa lihat difoto-fotonya berikut.
See? Betapa gagahnya bapak menggunakan jas hitamnya. Mereka duduk di deretan depan kursi yang diperuntukkan untuk orang tua. Ingin melihat jelas sosok anaknya sepertinya. Saya? saya juga duduk dibarisan paling depan. Ada bangku khusus untuk saya. Selesai ceremony, dengan jasnya bapak membawa bucket bunga untuk saya. Beliau membelinya khusus untuk saya. Indah sekali. Bucket bunga pertama dan terakhir yang saya dapat darinya.
Jas hitam itu, jas milik bapak satu-satunya ,masih tergantung sangat apik di lemari Bapak. Ibu merawatnya dengan hati-hati. Tetapi ternyata Bapak hanya ingin mengenakan jas hitam satu-satunya itu sekali. Ya, hanya sekali. Cukup dipakai ketika menghadiri wisuda saya. Tidak sempat terpakai untuk menghadiri wisuda Sakti, menerima lamaran atau sebagai wali nikah dari kedua putrinya. Tapi tak apa, Allah maha tahu yang terbaik untuk kami. Foto bapak mengenakan jas hitam itu, sudah cukup menjadi kenangan indah bagi kami. Kelak, para menantunya, cucu-cucunya, dan keturunannya akan melihat, ternyata mereka memiliki bapak mertua, yang kung yang gagah dan ganteng.
mbak ambil jurusan apa di UI?
BalasHapus: )
*mampir kesini setelah mampir ke blog harniagung :)
Halo, salam kenal. Aku ambil jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial di FISIP UI. Terima kasih banyak sudah mengunjungi blog kami yaaa
BalasHapus