Carpe diem! Raihlah hari ini.
Carpe diem, merupakan salah satu kosa kata dari bahasa yunani. Pertama kali saya mengenal dua suku kata ini ketika membaca buku Paul McGee yang berjudul Shut Up, Move On. Di dalam bukunya dia membahas, tentang makna carpe diem. McGee mengartikan carpe diem sebagai Raihlah hari ini. Ya, raihlah segala sesuatunya hari ini. Bukan besok, nanti, minggu depan, tahun depan atau 2-5 tahun dari sekarang atau nanti saja ketika saya sudah tua. Tidak hanya berpuas diri, saya pun mencoba mencari arti kata carpe diem di mesin ajaib google, dan mendapat beberapa insight dari mesin serba tahu itu.
Di dalam Wikipedia tertulis, “carpe diem is a phrase from Latin poem by Horace, and it is popularly translated as ‘seize the day’” . Atau juga setara dengan arti “And if not now, when?”. Di tab yang lain carpe diem juga berarti “Use as an admonition to seize the pleasure of the moment without concern for the future. Dan di tab yang lain saya juga menemukan arti “Making the most out of today and not worrying about tomorrow”. Dan, mungkin kita bisa merangkumnya sama dengan arti yang dijelaskan oleh McGee, Carpe diem! Berarti raihlah segala sesuatunya hari ini.
Ya, terkadang, saya amat sangat senang sekali menunda-nunda, apapun itu. Mulai dari menunda pekerjaan, belajar, kebiasaan baik atau hanya sekedar menjalankan niat-niat baik. Suatu waktu, saya berniat sekali untuk hidup sehat dengan selalu berolahraga, ikut fitness. Yang terjadi, nanti saja. Nanti dan ternyata rencana itu sudah lewat dari 1,5 tahun yang lalu, dan hingga sekarang belum terealisir, badan saya pun semakin senang sekali memperluas diri ke samping.
Saya juga sudah amat meneguhkan hati untuk belajar bahasa mandarin. Dan hingga sekarang, hanya sebatas niat. Termasuk rencana untuk menulis blog ini. Walau sindirian dan pertanyaan terus berhamburan mengenai keberadaan blog saya. Toh, saya tetap belum memulainya. Atau ketika saya ingin menghapal beberapa surrah favorit saya di Al Quran. Berat sekali sepertinya.
Dan beberapa aktivitas lain seperti membereskan lemari kamar saya yang entah bagaimana lagi bentuknya, tumpukan buku di rak-rak perpustakaan kecil kami atau hanya sekedar membereskan arsip-arsip dan semua materi bahan ajar.
Niat berbuat baik, seperti memberikan sesuatu yang berharga untuk mereka yang hidup dalam keterbatasan dan lebih banyak meluangkan waktu untuk mereka, jawaban saya, “nanti sajaah, kalau saya sudah punya uang banyak.” Termasuk ketika ibu saya meminta untuk belajar masak, jawaban saya adalah, tidak ada waktu, nanti saja, kalau sudah mau nikah. Dan sampai sekarang pun, saya sukses terus menunda.
Ketika di kantorpun, saya memiliki keengganan lebih ketika harus membuat laporan keuangan. Bergemul dengan angka, debet kredit. Merasa bukan dunia saya. Praktis, menjelang akhir bulan, hampir tengah malam menuju dini hari yang dibayangkan adalah betapa menyebalkannya membuat laporan keuangan itu, dan menjadi hal yang otomatis, ketika paginya saya merasa memiliki beban. Hanya karena laporan keuangan. Sesampai di kantor pun, saya lebih memilih mengerjakan hal-hal lain, ya termasuk memiih untuk membuat 10 memo dalam satu hari dibanding harus bercinta dengan angka-angka itu.
Saya pun berikir, menunda, merupakan self release saya atas beberapa aktivitas untuk menghindari rasa tidak nyaman. Ya, ketidaknyamanan. Tidak nyaman mengerjakan hal-hal yang saya artikan menjadi beban itu. Ketika saya berhasil menunda, saya merasa bebas, senang. Tapi hanya sementara. Selebihnya, perasaaan itu sebenarnya terus menghantui. Yang terjadi kemudian adalah berkeluh kesah. Mengeluhkan, mencari pembenaran, menyalahkan waktu, dan bersembunyi di balik kesibukan atau sesuatu kesempatan yang belum ada.
Kini saya pun mulai belajar dari McGee beberapa kiat untuk mengalahkan kebiasaan menunda-nunda tersebut. Dalam bukunya ia mengatakan hal-hal yang harus dilakukan adalah:
1. Mulailah pekerjaan
Mulailah pekerjaan kita. Jangan khawatir dengan penyelesaian tugas tersebut atau seberapa banyak waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya. Mulai saja.
2. Gambarkan bagaimana keberhasilan terlihat dan terasa
Mari kita pikirkan tugas yang harus kita lakukan. Seperti keinginan untuk berhenti merokok, menurunkan berat badan, berbicara di depan public atau belajar bahasa asing. Mc Gee menjelaskan, kita harus menutup mata dan membayangkan bagaimana keberhasilan itu terlihat dan terasa. Bagaimana perasaan kita ketika mampu beribicara 4 bahasa asing atau berbicara di depan umum. Apapun tantangannya, bayangkan hasil yang kita inginkan dan bukan kegiatan yang dibutuhkan agar kita sampai kesana.
3. Kerjakan yang menyebalkan terlebih dahulu
Tidak semua hal yang menyebalkan itu seburuk yang kita kira. Jadi kerjakan dahulu tugas yang tidak menyenangkan, sehingga kita bersemangat mengerjaan tugas yang menyenangkan.
4. Hargai kemajuan kita
Ketika kita memutuskan untuk bertindak, hargai kemajuan yang kita capai. Caranya bisa berbagai macam, pilih sesuatu yang kita sukai. Seperti saya yang suka sekali menghadiahi takoyaki, ice cream atau hanya menikmati film dan tidur seharian.
5. Buatlah janji temu dengan seorang teman
Temukan seseorang untuk mendukung kita, sekaligus berperan sebagai pengingat kita
Ya, mari kita lakukan bersama-sama kiat-kiat dari McGee tersebut. Sekarang.
Hingga ketika diusia nanti bukan keluhan-keluhan yang kita dapat karena kita telah melakukannya sekarang. Dan berpuas diri dengan mengatakan “Untung saya melakukannya, bukan, seandainya saya melakukannya”
So, Carpe diem, quam minimum credula postero!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar