Minggu, 24 Juli 2011

Selamat pagi Bu Guru!

Karir pertama yang saya jalani adalah menjadi guru. Profesi yang amat sangat lekat di benak saya semenjak kecil dan menjadi salah satu list cita-cita saya. Karena ketika menjadi guru, saya memiliki kesempatan libur panjang. Alasan yang amat sederhana memang. Ya karena passion inilah, Harni kecil menjadi guru dadakan untuk teman-teman dan adik-adik di sekitar lingkungan rumahnya. Berbekal papan tulis berwarna hitam dengan krecekan hitungan di kanan atasnya, serta jam dinding kayu di sebelah kirinya, 1 dus kapur tulis putih dan gombalan hasil mengambil di dapur yang digunakan sebagai penghapus, dan untuk menyempurnakan penampilan, saya meminjam sepatu pletak pletok (karena memang bunyinya seperti itu) milik ibu saya, maka jadilah saya guru. 

8 tahun kemudian, setelah selama 8 tahun pula pensiun menjadi guru (guru-guruan), tepatnya ketika saya berumur 18 tahun, saat status berubah menjadi mahasiswa, profesi guru menjadi karir pertama saya dan selanjutnya dari profesi inilah, saya bisa membiayai kuliah saya.

Awalnya bermula ketika, saya, memiliki keinginan tinggi untuk bisa kuliah. Ya kuliah, bergelar mahasiswa, yang asik masyik dengan tumpukan buku, diskusi dan dinamis berorganisasi. Sebuah impian dari orangtua sederhana yang selalu bermimpi kedua putrinya bisa bergelar sarjana dan hanya berani mengutarakannya lewat doa-doa di sujud panjangnya. Lalu dengan berkah dari Allah lah saya bisa masuk di Universitas Indonesia, sebuah kampus hebat yang bermimpi saja sepertinya saya tidak pernah.

Dan perjuangan pun baru dimulai

Untuk memenuhi kebutuhan transport Bekasi-Depok, kehausan membeli buku dan bahan-bahan kuliah, dibutuhkan effort lebih. Meminta kepada orangtua? Tidak pernah ada di kamus saya, karena tentu hanya menambah beban dan rasa bersalah mereka. Dengan berbekal nekatpun, saya mendatangi satu persatu lembaga bimbingan belajar, mengetuk pintu dan menawarkan diri sebagai tenaga pengajar. Ya, membawa nama sakti kampus sepertinya membuat saya terlihat memiliki daya jual tinggi. Berkat doa seorang ibulah, 2 minggu setelahnya saya dipanggil dan diminta untuk menjadi pengajar tetap di salah satu cabang lembaga bimbingan belajar. Yup! Saatnya sekarang saya menjadi guru beneran!

4 bulan kemudian, ketika saya masuk di semester 2 kuliah, kepercayaan untuk menjadi guru sungguhan semakin menghampiri, saya diberi kepercayaan mengajar kelas  6, 9, 11 dan 12 di 3 cabang lainnya. Dan kedepannya selama 3 tahun berturut-turut menjadi pengajar terbaik dan terfavorit. Tidak hanya di lembaga bimbingan belajar, saya pun diberi kepercayaan untuk mengajar pendalaman materi di beberapa Sekolah Menengah Atas Negeri di daerah Jakarta Timur. Ya, hari sabtu pagi yang dilakukan adalah berkeliling dari satu sekolah ke sekolah lain dan selalu di sapa “Selamat Pagi Bu Guru!”

Maret 2005

Tidak ada komentar:

Posting Komentar