“Bermain, bermain,bermain layang-layang, bermain bersama ke tanah lapang, hatiku riang dan senang”
Kalian masih ingat lagu itu? Lagu yang riang sekali, lagu yang membawa saya kembali meningat masa kecil saya dulu. Sedikit berbeda dengan anak-anak perempuan lainnya, Harni dan Sakti kecil suka sekali bermain layang-layang. Kami selalu main bertiga bersama bapak di lapangan dekat rumah. Saya, selalu memiliki tugas untuk memegang layang-layang, lari mundur sejauh mungkin, lalu hap, melompat dan melepaskan layang-layang. Bapak, yang menerbangkan layang-layang, semakin lama semakin tinggi, hingga layang-layang kami terihat kecil sekali. Dan saatnya kami memegang layang-layang yang sudah tinggi itu. Menunggu teman-teman yang lain menyusul layang-layang kami.
Tiba-tiba “Bapak, bapak, ada layang-layang orang yang deketin kita” kami berteriak panik. Kalau sudah begitu, layang-layang kami serahkan ke Bapak lagi. Dengan sigap, beliau mengerakkan tangan kanan dan kirinya, menarik-narik keatas, mengulur lalu menarik lagi. Terus begitu. Saya dan adik saya membantu membereskan benang, agar Bapak lebih leluasa. Dan, “yeeaaaaaaa, kita menang, kita menang, kita menang” kami bersorak-sorak. Bapak berhasil mengalahkan layang-layang yang lain. Tidak hanya satu, terkadang 2-3 layang-layang berhasil diputus sama Bapak.
Begitu seterusnya, kami pergi bertiga, membawa layang-layang, tidak hanya 1, terkadang kami membawa 4 layang-layang sekaligus ke tanah lapang beserta gulungan besar benang gelasan dan kenur. Bertarung dengan para pemain yang lain, sering menang, tapi terkadang juga kalah. “nih, benang gelasannya mantep niy, nanti main aduan kita menang lagi” kata Bapak.”iya pak, ntar kalahin semua lagi ya, semuanya pak. 4 ya yang dikalahin.” Celoteh kami. Kami pun, berjalan beriringan menuju ke lapangan, tersenyum. Bahagia sekali.
Itulah yang membuat saya dan adik saya selalu senang melihat layang-layang, mulai dari festival layang-layang atau hanya sekedar segerombolan anak yang bermain dan berebut layang-layang. Karena bagi kami, ada cinta di layang-layang itu. Cinta seorang bapak.
aye ga pernah berhasil nerbangin layangan
BalasHapus;(
huhuhu